Rabu, 12 Juni 2013

Respirasi



HALAMAN PENGESAHAN
          Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul “ RESPIRASI ” disusun oleh:
            Nama               : Kurnia.s
            NIM                : 1213140004
            Kelas               : Kimia Sains
            Kelompok       : VI (enam)
            telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Kordinator Asisten, maka laporan ini dinyatakan diterima.
                                                                                   
                                                Makassar,   Desember  2012
   Kordinator Asisten                                                  Asisten
           

Muh. Riswan Ramli, S.pd                            Sigit Fran Sananta
                                                           





Mengetahui
                                                Dosen Penaggung Jawab
                                               
Andi Rahmat Saleh, S.pd M.pd
                                      NIP. 19621231 198702 1 005

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan dalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasi dalam tubuh tumbuhan Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mahkluk hidup. Ada berbagai jenis makhluk hidup di dunia ini. Di seluruh belahan dunia, ada banyak sekali makhluk hidup dengan jenis dan bentuk yang bervariasi. Spesies  yang terbentuk biasanya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan makhluk hidup tersebut.
Setiap makhluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu sesuai dengan jenisnya, akan tetapi secara umum makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang sama antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya dan dimiliki oleh setiap makhluk hidup yaitu respirasi, menerima dan menanggapi rangsangan, tumbuh dan berkembang, serta bereproduksi. Inilah yang harus dimiliki oleh benda baru dikatakan sebagai makhluk hidup. Selanjutnya dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan mengenai respirasi.
Sebagian besar organisme membutuhkan udara dan diperoleh dari proses pernapasan. Bernafas adalah salah satu perbuatan yang kita lakukan tanpa sadar sepanjang hari. Bernafas sesungguhnya bertujuan memberi makan sel tubuh kita dengan oksigen. Sel-sel tidak bisa bertahan hidup kecuali jika mereka diberi oksigen. Itulah sebabnya kita hanya bisa menahan nafas untuk waktu yang singkat saja. Jika lebih lama lagi, sel-sel kita mati, yang menyebabkan kematian tubuh kita.
Respirasi dilakukan oleh hewan, manusia dan tumbuhan. Proses respirasi melibatkan organ-organ respirasi. Pada manusia dan hewan misalnya, dikenal adanya paru-paru, insang, trakea dan pada tumbuhan dikenal yang namanya stomata dan lentisel. Dalam prosesnya, respirasi yang dilakukan oleh makhluk hidup memerlukan oksigen dan menghasilkan karbondioksida dan uap air serta energi.
Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk melakukan praktikum untuk mengetahui penggunaan oksigen pada respirasi makhluk hidup serta faktor-faktor  yang mempengaruhi kebutuhan oksigen pada respirasi makhluk hidup tersebut dengan judul praktikum “Respirasi”.
B.     Tujuan
1.    Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya.
2.    Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya.
C.     Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa membuktikan secara langsung bahwa semua makhluk hidup itu membutuhkan oksigen untuk respirasinya serta mengetahui bahwa jenis organisme berpengaruh terhadap kecepatan respirasi.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan organic yang terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob. Dalam kondisi aerob, respirasi ini memerlukan oksigen bebas dan melepaskan karbondioksida serta energy. Apabila yang dioksidasi adalah gula, maka reaksi yang terjadi adalah:
            C6H12O6 + 6H2O                    6CO2 + 6H2O + energy
Jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi aerob tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Perbandingan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang dibutuhkan disebut Respiratory Quintient (RQ). Untuk karbohidrat nilai RQ-nya= 1. Nilai RQ ini dapat bervariasi tergantung pada bahan untuk respirasi, sempurna tidaknya respirasi dan kondisi-kondisi lainnya ( Hamka, 2012).
            Respirasi atau okdidasi glukosa secara lengkap adalah merupakan sumber energy yang utama untuk kebanyakan sel. Pada waktu glukosa dipecah dalam suatu rangkaian reaksi enzimatis, sejumlah energy dibebaskan yang akan disimpan dalam bentuk ikatan phosphate bertenaga tinggi (ATP), dan sebagian lagi hilang sebagai panas. Secara garis besar respirasi dibedakan atas: respirasi aerob yang menggunkan oksigen sebagai oksidator terakhir, dan respirasi anaerob. Fase pertama dalam respirasi aerob adalah glikolisis dimana 6 karbon molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul, tiga karbon atom asam piruvat. Dalam reaksi ini terbentuk 2 molekul ATP dan 2 molekul NADH + H+, dan berlangsung di dalam sitoplasma. Pada reaksi selanjutnya molekul-molekul asam piruvat akan mengalami dekarboksilasi di dalam mitokondria menjadi aseetil gruo yang kemudian masuk ke dalam daur Krebs. Dalam daur Krebs, asetil akan dipecah dalam satu seri reaksi sehingga dihasilkan CO2. Dekarboksilasi asam piruvat dan daur Krebs menghasilkan 4 molekul NADH + H+ dan 1 molekul FADH + H+ serta 1 molekul ATP. Langkah terakhir respirasi adalah rantai pengangkutan elektron yang melibatkan sejumlah pembawa elektron dan enzim-enzim yang terdapat di dalam membran dalam mitokondria. Di dalam sistem pengangkutan elektron, NAD yang mengalami reduksi dalam glikolisis dan NAD serta FAD yang mengalami reduksi dalam daur Krebs akan memberikan elektronnya kepada molekul oksigen disertai dengan pembebasan tenaga yang cukup besar, yang akan disimpan dalam bentuk ATP. Untuk tiap molekul glukosa reaksi respirasi aerob akan menghasilkan 36 molekul ATP, 6 molekul karbon karbondioksida dan 6  molekul air. Apabila tidak terdapat oksigen, maka asam piruvat akan dioksider dalam suatu proses anaerob yang dinamakan fermentasi. Dalam reaksi ini, untuk tiap molekul glukosa hanya dihasilkan 2 molekul ATP dan 1 molekul etanol (alkohol). Pada sel otot hewan, oksidasi asam piruvat secara anaerob akan menghasilkan asam laktat dengan adanya enzim laktat dehidrogenase ( Nasir,dkk, 1994).
            Manurut Benyamin Lakitan factor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada tumbuhan adalah :
            Ketersediaan Subtrat. Laju respirasi tentu tergantung pada ketersediaan substrat, yakni senyawa yang akan diurai melalui rangkaian reaksi. Tumbuhan yang mengandung cadangan pati, fruktan, dan gula yang rendah akan menunjukkan laju respirasi yang rendah pula. Jika starvasi pada tumbuhan terjadi sangat parah, maka protein juga dapat dioksidasi. Protoin tersebut dihidrolisis menjadi asam-asam amino penyusunnya, yang kemudian diurai melalui reaksi-reaksi glikolitik dan siklus krebs.
            Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju repirasi, tetapi besarnya pengaruh tersebut berbeda antara spesies dan bahkan antara organ pada tumbuhan yang sama.
            Suhu. Nilai Q10 untuk respirasi antara suhu 5oC sampai 25oC adalah antara 2,0 sampai 2,5. Berarti untuk kisaran suhu tersebut, laju respirasi akan meningkat lebih dari dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Pada suhu yang lebih tinggi lagi (sekitar 40oC) laju respirasi akan mulai menurun, hal ini disebabkan karena sebagian enzim-enzim yang berperan akan mulai mengalami denaturasi.
            Tipe dan Umur Tumbuhan. Karena perbedaan morfologi antara berbagai jenis tumbuhan, maka terjadi pula perbadaan laju respirasi antara tumbuhan tersebut. Bakteri dan jamur umumnya menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dari tumbuhan tingkat tinggi, jika dihitung persatuan berat keringnya. Perbedaan ini terutama disebabkan karena bakteri dan jamur, keduanya mengandung sedikit senyawa yang diakumulasi sebagai bahan cadangan makanan dan tidak mengandung sel-sel kayu non-metabolik sebagaimana pada tumbuhan tingkat tinggi (Benyamin, 2011).
            Sistem respirasi pada serangga terdiri atas susunan pipa-pipa udara atau trachea yang bercabang-cabang membantuk anyaman yang membawa udara ke seluruh bagian tubuh. Trachea terdiri atas selapis sel yang berkhitin. Batang pokok trachea membentuk penebalan serupa spiral untuk mencegah rusaknya trachea dari kerusakan akibat gerakan dari bagian tubuh hewan. Batang pokok trachea tersebut berhubungan dengan lingkungan luar melalui apertura yang berpasangan yaitu spirakel atau stigmata yang tersusun segmental. Dikenal 10 pasang spirakel, 2 pasang terletak di daerah torax (pro dan metathorax) dan satu pasang pada masing-masing segmen dari delapan segmen, mulai dari segmen pertama abdomen. Setiap spirakel memiliki sebuah kutub yang berperan mengurangi hilangnya air dari cairan tubuh, dan melindungi dari parasit, partikel-partikel,dan air. Katub spirakel membuka sebagai respon dari tingginya kadar CO2 di dalam hemolimfe. Batang trachea yang besar bercabang-cabang menjadi cabang trachea yang semakin kecil. Pola yang dihasilkan dari rangkaian cabang trachea tersebut berbeda-beda tergantung spesiesnya. Cabang trachea yang sangat tipis adalah tracheolus, dan secara umum memiliki diameter lebih kurang 0,1 mm. Tracheolus berhubungan langsung dengan jaringan dan berperanan mensuplai kebutuhan Oksigen serta membawa CO2 hasil metabolisme tubuh. Ujung akhir trakheolus yang terletak pada otot atau organ lainnya berupa ujung buntu dan terisi cairan. Selama otot berkontraksi konsentrsi cairan tubuh di sekitar trakheolus meningkat. Keadaan ini menyebabkan cairan dalam trakheolus berdifusi keluar, sehingga membawa oksigen menuju ke bagian yang memerlukan. Setelah aktivitas  otot berhenti, hasil-hasil metabolik akan mengubah tekanan osmotik cairan sel, akibatnya air kembali ke dalam trakheolus. Pada belalang dan serangga tertentu, tracheanya meluas menjadi kantong udara berdinding tipis. Udara keluar dan masuk kedalam sistem trachea akibat kontraksi dan perluasan abdomen. Pada belalang 4 pasang spirakel pertama membuka saat inspirasi dan menutup saat ekspirasi. Sedangkan 6 pasang spirakel lainnya tertutup saat inspirasi dan membuka saat ekspirasi(Yusuf, 2003)
Fotosintesis adalah proses sintesis organik senyawa (glukosa) dari zat anorganik (CO2 dan H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H, yang kemudian dapat digunakan untuk mengurangi CO2 menjadi glukosa. Tergantung pada bahan-bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang dilepaskan dan jumlah mol O2 diperlukan adalah tidak selalu sama. Persamaan reaksi kimia respirasi sel adalah kebalikan dari reaksi kimia fotosintesis.
Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 adalah digunakan umumnya dikenal denganRespiratory rasio atau kecerdasan pernapasan dan disingkat RQ. Nilai RQ tergantung pada bahan atau diberikan substrat bagi respirasi dan sempurna atau tidak proses respirasi dengan kondisi lain. Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lainnya yang disebut respirasi. Respirasi adalah proses katabolisme atau dekomposisi senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Sebagai proses respirasi oksidasi bahan-bahan organik yang terjadi dalam sel dan mengambil tempat di anaerobik atau aerobik. Respirasi aerobik, oksigen dan karbon dioksida yang dihasilkan adalah diperlukan serta energi. Sedangkan di Respirasi anaerobik di mana oksigen yang tidak atau kurang tersedia dan diproduksi CO2 selain senyawa, seperti alkohol, asam asetat atau asetaldehida dan sedikit energi.
Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan diserap/diperlukan dan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi(Anonim,2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Hari/tanggal                   : Selasa,11 Desember 2012
      Waktu                           : Pukul 14.00 – 16.00 WITA
      Tempat                         : Laboratorium Biologi lantai III
                                              Jurusan Biologi FMIPA UNM
B.  Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       1 set respirometer sederhana
b.       Spoit
c.       Stopwatch/jam tangan
d.      Neraca
e.       Pipet kecil
2.      Bahan
a.       Kapas
b.      Vaselin
c.       KOH Kristal
d.      Larutan Methylen Blue
e.       Belalang besar dan belalang kecil
f.       Kecoak besar dan kecoak kecil
g.      Kecambah kacang hijau
A.       Prosedur Kerja
Percobaan 1
1)      Mengambil 1 ekor belalang.
2)      Memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer.
3)      Membungkus dengan kapas tipis 1 butir KOH Kristal, kemudian memasukkan/ meletakkan di leher tabung respirometer.
4)      Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan pipa kaca berskala, kemudian meletakkan pada sandarannya.
5)      Mengolesi vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk mencegah kebocoran.
6)      Menetesi larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai ada yang masuk ke dalam salurannya.
7)      Mengamati pergeseran larutan eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian mencatat berapa jarak mulai dari skala 0.0 setiap 5 menit.
8)      Melakukan pengamatan sampai larutan eosin tiba pada skala 10 atau eosin tidak bergerak lagi.
Percobaan 2
1)      Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan
2)      Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan I, melakukan percobaan II dengan menggunakan hewan sejenis dengan ukuran berat tubuh yang berbeda.
Percobaan  3
1)        Memebersihkan respirometer sederhana yang telah digunakan
2)        Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan II, lakukan percobaan 3 dengan menggunakan kecambah kacang hijau,







BAB IV
                HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Kegiatan 1 : Belalang besar dan belalang kecil

No
Menit ke-n
Jenis orgasme
Skala yang ditunjukkan Eosin
1
1
Besar
0,43
Kecil
0,27
2
2
Besar
0,8
Kecil
0,5
3
3
Besar
1,0
Kecil
0,64
4
4
Besar
-
Kecil
0,75
5
5
Besar
-
Kecil
0,8

Kegiatan II : Kecoa besar dengan kecoa kecil

No
Menit ke-n
Jenis orgasme
Skala yang ditunjukkan Eosin
1
1
Besar
0,44
Kecil
0,35
2
2
Besar
0,71
Kecil
0,56
3
3
Besar
0,9
Kecil
0,8
4
4
Besar
-
Kecil
-
5
5
Besar
-
Kecil
-

Kegiatan III : Kecoak besar dengan belalang besar

No
Menit ke-n
Jenis orgasme
Skala yang ditunjukkan Eosin
1
1
 Kecoak Besar
0,44
Belalang besar
0,43
2
2
Kecoak  Besar
0,71
Belalang besar
0,8
3
3
 Kecoak Besar
0,9
Belalang besar
1,0
4
4
Kecoak Besar
-
Belalang besar
-
5
5
 Kecoak Besar
-
Belalang besar
-







Kegiatan IV : belalang kecil dan kecambah hijau

No
Menit ke-n
Jenis orgasme
Skala yang ditunjukkan Eosin
1
1
Belalang kecil
0,27
Kecambah hijau
0,09
2
2
Belalang kecil
0,5
Kecambah hijau
0,25
3
3
Belalang kecil
0,64
Kecambah hijau
0,37
4
4
Belalang kecil
0,75
Kecambah hijau
0,48
5
5
Belalang kecil
0,8
Kecambah hijau
0,57

B.       Analisis Data
1.      Percobaan I:
a.    Belalang besar
a)   waktu          : 1 menit
     skala           : 0,37 ml
            skala
V1 =     menit
             0,43
V1 =       1
V1 =  0,0061667 ml/s  
b).waktu          :2  menit = 120 s   
 skala           : 0,8 ml
        skala
V2 =  menit
            0,8
V2 =    2
V2 =  6,66 ml/s


c).  waktu        : 1 menit = 180 s   
     skala           : 1,0 ml
         skala
V3 =   detik
             1,0
V3 =     180
V3 =  5,55  ml/s

        d). waktu : 1 menit = 240 s   
          skala    : 0 ml
           skala
V4 =   detik
              0
V4 =     240
V4 =  0 ml/s

e).  waktu : 1 menit = 300 s   
          skala    : 0 ml
          skala
V5 =   detik
              0
V5 =     300
V5 =  0  ml/s
             

                                      V1+V2+V3+V4+V5
V Average     =                  5
                              0,001+0,0015833+0,0016667+0,001625+0,003125
V Average     =                                     5
                          
                         =   0.0018 ml/s
Small grasshopper
                                    V1+V2+V3+V4+V5
V Average     =                  5
                              0,003+0,0035+0,0032778+0,003125+0,0031
V Average     =                               5
                          
                         =   0.00320056 ml/s
a. Time  : 1 minute = 60 s   
          Scale            : 0,37 ml
           Scale
V1 =   Second
           0,37
V1 =     60
V1 =  0,0061667 ml/s         
Average Value
Large cockroach                       
                                    V1+V2+V3+V4+V5
V Average     =                  5
                              0,0061667+0,00525+0,0046667+0,00375+0,0033333
V Average     =                                       5
                          
                         =   0.02050006 ml/s
Small cockroach
                                    V1+V2+V3+V4+V5
V Average     =                  5
                              0,0016667+0,0024167+0,0021667+0,002+0,0018667
V Average     =                                       5
                          
                         =   0.00202336 ml/s
Belalang besar
Mung bean sprouts
                                    V1+V2+V3+V4+V5
V Average     =                  5
                              0,0035+0,0033333+0,0028889+0,0026667+0,0024667
V Average     =                                       5
                          
                         =   0.00297112 ml/s
C.  Grafik Analisis Data
1. Belalang besar dan Belalang kecil


2. Kecoa besar dan Kecoa kecil
3. Kecoak besar dan Belalang besar


4. Belalang kecil dan Kecambah hijau

D. Pembahasan
Pada praktikum respirasi ini digunakan beberapa alat dan bahan yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Adapun fungsi alat dan bahan praktikum respirasi ini adalah:
1.                       1 set respirometer        :  untuk mengetahui proses respirasi.
2.                       Spoit                            : untuk memasukkan larutan eosin ke dalam                                                                pipa kaca berskala.
3.                       Stopwatch/jam tangan            :  untuk mengetahui lamanya respirasi.
4.                       Kapas                          :  untuk membungkus KOH Kristal.
5.                       Vaselin                        : untuk mencegah kebocoran pada sambungan                                                              tabung respirometer dengan penutupnya.
6.                       KOH Kristal               :  untuk mengikat CO2.
7.                       Larutan eosin              :  sebagai penunjuk skala pada pipa kaca                                                                       berskala.
8.                       Belalang dan kecoak   : sebagai objek pengamatan.

Dalam praktikum ini, KOH Kristal harus dibungkus dengan kapas karena apabila KOH Kristal bersentuhan dengan kecoak atau belalang secara langsung, maka kecoak atau belalang tersebut akan merasa gatal sehingga respirasi kedua makhluk tersebut menjadi tidak normal yang akan merubah hasil praktikum.
Respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1.                       Berat tubuh
2.                       Aktivitas
3.                       Jenis organisme
4.                       Usia
5.                       Suhu
6.                       Jenis kelamin
Dalam praktikum ini, faktor yang mempengaruhi respirasi yang dibuktikan adalah pengaruh aktivitas dan usia organisme. Karena dalam praktikum ini, digunakan 3 jenis organisme yang berbeda yaitu kecambah kacang hijau, kecoak dan belalang.
Pada organisme I, dengan menggunakan belalang kecil dan besar. Pada belalang besar,  larutan eosin hingga menit ketiga bergerak lambat mencapai skala 1,0. Sedangkan menit keempat dan kelima sudah kurang dara skala1 . Sedangkan pada belalang kecil, larutan eosin hingga menit kelima bergerak cepat mencapai skala 0,8. Perbedaan ini dipengaruhi oleh factor usia, yakni semakin tua atau semakin lama umur belalang maka semakin lambat pula proses respirasinya, sebaliknya semakin muda umur belalang maka semakin cepat pula proses respirasinya karena belalang masih berada pada tahap pertumbuhan.
Pada organisme II, dengan menggunakan kecoa kecil dan besar. Pada kecoa besar, larutan eosin hingga menit ketiga bergerak cepat mencapai skala 0,9. Menit keempat dan kelima kurang dari skla 1. Sedangkan pada kecoa kecil, larutan eosin hingga menit ketiga  bergerak lambat mencapai skala 0,8. Menit keempat dan kelima kurang dari 1.  Perbedaan  ini dipengaruhi oleh aktivitas yang telah dilakukan oleh organisme sebelum dimulainya praktikum.
Pada organisme III, dengan menggunakan kecoa besar dan belalang  besar. Pada kecoa besar, larutan eosin hingga menit ketiga bergerak cepat mencapai skala 0,9. Menit keempat dan kelima kurang dari skla 1. Sedangkan pada belalang besar, ,  larutan eosin hingga menit ketiga bergerak lambat mencapai skala 1,0. Sedangkan menit keempat dan kelima sudah kurang dara skala1.  Perbedaan  ini dipengaruhi oleh aktivitas yang telah dilakukan oleh organisme sebelum dimulainya praktikum.

Pada organisme IV, kita mengamati proses respirasi pada kecambah kacang hijau. Alasan  mengapa bahan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau, karena tumbuhan  ini merupakan suatu organisme yang walaupun ia masih belum berkembang dengan sempurna tetapi sudah bisa melakukan pernapasan, hal ini terbukti dari hasil percobaan yang telah diamati dimana kecambah kacang hijau sebagai bahan percobaan  mampu melakukan respirasi. Menit pertama hingga menit kelima skala bergerak hingga 0,57. Adapun jumlah kecambah yang digunakan adalah 1. Jika dibandingkan dengan kedua organisme diatas, kecepatan respirasi kecambah kacang hijau sangatlah rendah ini disebabkan karena kecambah kacang hijau yang digunakan sangatlah sedikit. Pada umumnya kecepatan respirasi kecambah kacang hijau  tinggi karena kecambah dalam proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk menjadi sebuah tenaman dewasa, sehingga dibutuhkan banyak oksigen agar tanaman bisa tumbuh dewasa. Sedangkan pada belalang  kecil, larutan eosin hingga menit kelima bergerak cepat mencapai skala 0,8. Perbedaan  ini  menunjukkan bahwa semakin muda umur belalang maka semakin cepat pula proses respirasinya karena belalang masih berada pada tahap pertumbuhan.














BAB V
PENUTUP
A.       Kesimpulan
       Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1.      Aktifitas, jenis organisme dan usia mempengaruhi respirasi suatu makhluk hidup.
2.      Kecepatan respirasi kecoa besar (0.30 s/menit) lebih tinggi daripada kecepatan  respirasi kecoa kecil (0.26 s/menit). Kecepatan respirasi belalang kecil (0.16 s/menit) lecih tinggi dari pada kecepatan respirasi belalang besar (0.33 s/menit). Kecepatan respirasi kecambah kacang hijau(0,11        ) lebih rendah dari pada kecepatan respirasi kecoa dan belalang
B.        Saran
1.      Untuk praktikan          : sebaiknya lebih teliti dalam melakukan praktikum
                                      karena sedikit kesalahan dalam praktikum ini akan                        mengakibatkan hasil yang tidak maksimal sehingga             data yang diperoleh kurang akurat.
2.      Untuk asisten              :  khusus untuk praktikum ini saya tidak mempunyai                        saran untuk asisten sebab dia telah membimbing                                     praktikannya dengan baik.
3.      Untuk laboratorium     : sebaiknya kipas angin dalam laboratorium diperbaiki                     agar praktikan tidak kepanasan ketika melakukan                            praktikum.
       




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Respirasi Pada Tumbuhan. Dari                   http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/respirasi-pada-tumbuhan/.
Diakses pada 16 Desember 2012 di Makassar.

Hamka, L. 2012. Buku panduan dasar biologi. Makassar: Matematika dan ilmu pengetahuan:Fakultas, Universitas negara Makassar.

Kastawi, Yusuf, dkk. 2003. Avertebrata Zoologi. Malang: Matematika dan ilmu pengetahuan:Fakultas, Universitas negara kotapraja Malang.

Lakitan, Benyamin. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers.

Nasir, Mochamad, dkk. 1994. Umum Penuntun Praktikum Biologi. Yogyakarta:
Bertempat Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.










Pertanyaan dan jawaban
1.      Apa fungsi dari  KOH yang dibungkus dengan kapas?
Jawab: Untuk mengikat CO2 dari hasil respirasi organisme di dalam respirometer agar organisme yang ada dalam respirometer tidak mati atau lemas karena menghirup gas CO2 yang bersifat racun.
2.      Mengapa eosin mengalami pergeseran ke arah tabung respirometer  (ke arah dalam)?
Jawab: Eosin mengalami pergeseran ke arah dalam respirometer karena organisme dalam respirometer melakukan respirasi (pernapasan), yang menyebabkan udara dalam respirometer digunakan oleh organisme sehingga udara dari luar menekan ke dalam tabung respirometer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar