HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan lengkap
praktikum Biologi Dasar dengan judul “ RESPIRASI
” disusun oleh:
Nama
: Kurnia.s
NIM : 1213140004
Kelas : Kimia Sains
Kelompok
: VI (enam)
telah
diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Kordinator Asisten, maka laporan ini
dinyatakan diterima.
Makassar, Desember 2012
Kordinator Asisten Asisten
Muh.
Riswan Ramli, S.pd Sigit Fran Sananta
Mengetahui
Dosen
Penaggung Jawab
Andi Rahmat
Saleh, S.pd M.pd
NIP. 19621231 198702 1 005
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah
kemampuan dalam menggunakan zat
karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasi dalam
tubuh tumbuhan Biologi merupakan salah
satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mahkluk hidup. Ada
berbagai jenis makhluk hidup di dunia ini. Di seluruh belahan dunia, ada banyak
sekali makhluk hidup dengan jenis dan bentuk yang bervariasi. Spesies yang terbentuk biasanya dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan makhluk hidup tersebut.
Setiap makhluk
hidup memiliki ciri-ciri tertentu sesuai dengan jenisnya, akan tetapi secara
umum makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang sama antara makhluk hidup yang satu
dengan yang lainnya dan dimiliki oleh setiap makhluk hidup yaitu respirasi,
menerima dan menanggapi rangsangan, tumbuh dan berkembang, serta bereproduksi.
Inilah yang harus dimiliki oleh benda baru dikatakan sebagai makhluk hidup.
Selanjutnya dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan mengenai respirasi.
Sebagian besar organisme membutuhkan udara dan
diperoleh dari proses pernapasan. Bernafas adalah salah satu perbuatan yang
kita lakukan tanpa sadar sepanjang hari. Bernafas sesungguhnya bertujuan
memberi makan sel tubuh kita dengan oksigen. Sel-sel tidak bisa bertahan hidup
kecuali jika mereka diberi oksigen. Itulah sebabnya kita hanya bisa menahan nafas
untuk waktu yang singkat saja. Jika lebih lama lagi, sel-sel kita mati, yang menyebabkan
kematian tubuh kita.
Respirasi
dilakukan oleh hewan, manusia dan tumbuhan. Proses respirasi melibatkan
organ-organ respirasi. Pada manusia dan hewan misalnya, dikenal adanya
paru-paru, insang, trakea dan pada tumbuhan dikenal yang namanya stomata dan
lentisel. Dalam prosesnya, respirasi yang dilakukan oleh makhluk hidup
memerlukan oksigen dan menghasilkan karbondioksida dan uap air serta energi.
Sesuai dengan
uraian tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk melakukan praktikum untuk
mengetahui penggunaan oksigen pada respirasi makhluk hidup serta
faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan oksigen pada respirasi makhluk hidup tersebut dengan judul praktikum
“Respirasi”.
B. Tujuan
1. Membuktikan
bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya.
2. Membandingkan
kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya.
C.
Manfaat
Manfaat dari
praktikum ini adalah mahasiswa membuktikan secara langsung bahwa semua makhluk
hidup itu membutuhkan oksigen untuk respirasinya serta mengetahui bahwa jenis
organisme berpengaruh terhadap kecepatan respirasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi
adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan organic yang terjadi di dalam
sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob. Dalam kondisi aerob,
respirasi ini memerlukan oksigen bebas dan melepaskan karbondioksida serta
energy. Apabila yang dioksidasi adalah gula, maka reaksi yang terjadi adalah:
C6H12O6 +
6H2O 6CO2
+ 6H2O + energy
Jumlah
CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam
respirasi aerob tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada jenis bahan yang
digunakan. Perbandingan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah
O2 yang dibutuhkan disebut Respiratory Quintient (RQ). Untuk
karbohidrat nilai RQ-nya= 1. Nilai RQ ini dapat bervariasi tergantung pada
bahan untuk respirasi, sempurna tidaknya respirasi dan kondisi-kondisi lainnya
( Hamka, 2012).
Respirasi atau okdidasi glukosa
secara lengkap adalah merupakan sumber energy yang utama untuk kebanyakan sel.
Pada waktu glukosa dipecah dalam suatu rangkaian reaksi enzimatis, sejumlah energy
dibebaskan yang akan disimpan dalam bentuk ikatan phosphate bertenaga tinggi
(ATP), dan sebagian lagi hilang sebagai panas. Secara garis besar respirasi
dibedakan atas: respirasi aerob yang menggunkan oksigen sebagai oksidator
terakhir, dan respirasi anaerob. Fase pertama dalam respirasi aerob adalah
glikolisis dimana 6 karbon molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul, tiga
karbon atom asam piruvat. Dalam reaksi ini terbentuk 2 molekul ATP dan 2
molekul NADH + H+, dan berlangsung di dalam sitoplasma. Pada reaksi
selanjutnya molekul-molekul asam piruvat akan mengalami dekarboksilasi di dalam
mitokondria menjadi aseetil gruo yang kemudian masuk ke dalam daur Krebs. Dalam
daur Krebs, asetil akan dipecah dalam satu seri reaksi sehingga dihasilkan CO2.
Dekarboksilasi asam piruvat dan daur Krebs menghasilkan 4 molekul NADH + H+
dan 1 molekul FADH + H+ serta 1 molekul ATP. Langkah terakhir
respirasi adalah rantai pengangkutan elektron yang melibatkan sejumlah pembawa
elektron dan enzim-enzim yang terdapat di dalam membran dalam mitokondria. Di
dalam sistem pengangkutan elektron, NAD yang mengalami reduksi dalam glikolisis
dan NAD serta FAD yang mengalami reduksi dalam daur Krebs akan memberikan
elektronnya kepada molekul oksigen disertai dengan pembebasan tenaga yang cukup
besar, yang akan disimpan dalam bentuk ATP. Untuk tiap molekul glukosa reaksi
respirasi aerob akan menghasilkan 36 molekul ATP, 6 molekul karbon
karbondioksida dan 6 molekul air.
Apabila tidak terdapat oksigen, maka asam piruvat akan dioksider dalam suatu
proses anaerob yang dinamakan fermentasi. Dalam reaksi ini, untuk tiap molekul
glukosa hanya dihasilkan 2 molekul ATP dan 1 molekul etanol (alkohol). Pada sel
otot hewan, oksidasi asam piruvat secara anaerob akan menghasilkan asam laktat
dengan adanya enzim laktat dehidrogenase ( Nasir,dkk, 1994).
Manurut Benyamin Lakitan
factor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada tumbuhan adalah :
Ketersediaan
Subtrat. Laju respirasi tentu tergantung pada ketersediaan
substrat, yakni senyawa yang akan diurai melalui rangkaian reaksi. Tumbuhan
yang mengandung cadangan pati, fruktan, dan gula yang rendah akan menunjukkan
laju respirasi yang rendah pula. Jika starvasi pada tumbuhan terjadi sangat
parah, maka protein juga dapat dioksidasi. Protoin tersebut dihidrolisis
menjadi asam-asam amino penyusunnya, yang kemudian diurai melalui reaksi-reaksi
glikolitik dan siklus krebs.
Ketersediaan
Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju
repirasi, tetapi besarnya pengaruh tersebut berbeda antara spesies dan bahkan
antara organ pada tumbuhan yang sama.
Suhu.
Nilai
Q10 untuk respirasi antara suhu 5oC sampai 25oC
adalah antara 2,0 sampai 2,5. Berarti untuk kisaran suhu tersebut, laju
respirasi akan meningkat lebih dari dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu
sebesar 10oC. Pada suhu yang lebih tinggi lagi (sekitar 40oC)
laju respirasi akan mulai menurun, hal ini disebabkan karena sebagian
enzim-enzim yang berperan akan mulai mengalami denaturasi.
Tipe
dan Umur Tumbuhan. Karena perbedaan morfologi antara berbagai jenis
tumbuhan, maka terjadi pula perbadaan laju respirasi antara tumbuhan tersebut.
Bakteri dan jamur umumnya menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dari
tumbuhan tingkat tinggi, jika dihitung persatuan berat keringnya. Perbedaan ini
terutama disebabkan karena bakteri dan jamur, keduanya mengandung sedikit
senyawa yang diakumulasi sebagai bahan cadangan makanan dan tidak mengandung
sel-sel kayu non-metabolik sebagaimana pada tumbuhan tingkat tinggi (Benyamin,
2011).
Sistem respirasi pada serangga
terdiri atas susunan pipa-pipa udara atau trachea
yang bercabang-cabang membantuk anyaman yang membawa udara ke seluruh bagian
tubuh. Trachea terdiri atas selapis sel yang berkhitin. Batang pokok trachea
membentuk penebalan serupa spiral untuk mencegah rusaknya trachea dari
kerusakan akibat gerakan dari bagian tubuh hewan. Batang pokok trachea tersebut
berhubungan dengan lingkungan luar melalui apertura yang berpasangan yaitu spirakel atau stigmata yang tersusun segmental. Dikenal 10 pasang spirakel, 2
pasang terletak di daerah torax (pro dan metathorax) dan satu pasang pada
masing-masing segmen dari delapan segmen, mulai dari segmen pertama abdomen.
Setiap spirakel memiliki sebuah kutub yang berperan mengurangi hilangnya air
dari cairan tubuh, dan melindungi dari parasit, partikel-partikel,dan air.
Katub spirakel membuka sebagai respon dari tingginya kadar CO2 di
dalam hemolimfe. Batang trachea yang besar bercabang-cabang menjadi cabang
trachea yang semakin kecil. Pola yang dihasilkan dari rangkaian cabang trachea
tersebut berbeda-beda tergantung spesiesnya. Cabang trachea yang sangat tipis
adalah tracheolus, dan secara umum
memiliki diameter lebih kurang 0,1 mm. Tracheolus
berhubungan langsung dengan jaringan dan berperanan mensuplai kebutuhan Oksigen
serta membawa CO2 hasil metabolisme tubuh. Ujung akhir trakheolus
yang terletak pada otot atau organ lainnya berupa ujung buntu dan terisi
cairan. Selama otot berkontraksi konsentrsi cairan tubuh di sekitar trakheolus
meningkat. Keadaan ini menyebabkan cairan dalam trakheolus berdifusi keluar,
sehingga membawa oksigen menuju ke bagian yang memerlukan. Setelah
aktivitas otot berhenti, hasil-hasil
metabolik akan mengubah tekanan osmotik cairan sel, akibatnya air kembali ke
dalam trakheolus. Pada belalang dan serangga tertentu, tracheanya meluas
menjadi kantong udara berdinding tipis. Udara keluar dan masuk kedalam sistem
trachea akibat kontraksi dan perluasan abdomen. Pada belalang 4 pasang spirakel
pertama membuka saat inspirasi dan menutup saat ekspirasi. Sedangkan 6 pasang
spirakel lainnya tertutup saat inspirasi dan membuka saat ekspirasi(Yusuf,
2003)
Fotosintesis adalah proses sintesis
organik senyawa (glukosa) dari zat anorganik (CO2 dan H2O) dengan bantuan
energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi diubah menjadi energi
kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H, yang kemudian dapat digunakan untuk
mengurangi CO2 menjadi glukosa. Tergantung pada bahan-bahan yang digunakan,
maka jumlah mol CO2 yang dilepaskan dan jumlah mol O2 diperlukan adalah tidak
selalu sama. Persamaan reaksi kimia respirasi sel adalah kebalikan dari reaksi
kimia fotosintesis.
Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2
adalah digunakan umumnya dikenal denganRespiratory rasio atau kecerdasan
pernapasan dan disingkat RQ. Nilai RQ tergantung pada bahan atau diberikan
substrat bagi respirasi dan sempurna atau tidak proses respirasi dengan kondisi
lain. Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lainnya yang disebut
respirasi. Respirasi adalah proses katabolisme atau dekomposisi senyawa organik
menjadi senyawa anorganik. Sebagai proses respirasi oksidasi bahan-bahan
organik yang terjadi dalam sel dan mengambil tempat di anaerobik atau aerobik.
Respirasi aerobik, oksigen dan karbon dioksida yang dihasilkan adalah
diperlukan serta energi. Sedangkan di Respirasi anaerobik di mana oksigen yang
tidak atau kurang tersedia dan diproduksi CO2 selain senyawa, seperti alkohol,
asam asetat atau asetaldehida dan sedikit energi.
Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi
dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan diserap/diperlukan
dan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi(Anonim,2012).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Hari/tanggal :
Selasa,11 Desember
2012
Waktu : Pukul 14.00 – 16.00
WITA
Tempat : Laboratorium Biologi
lantai III
Jurusan Biologi FMIPA UNM
B.
Alat dan Bahan
1. Alat
a. 1
set respirometer sederhana
b. Spoit
c. Stopwatch/jam
tangan
d. Neraca
e. Pipet
kecil
2. Bahan
a. Kapas
b. Vaselin
c. KOH
Kristal
d. Larutan
Methylen Blue
e. Belalang
besar dan belalang kecil
f. Kecoak
besar dan kecoak kecil
g. Kecambah kacang hijau
A.
Prosedur
Kerja
Percobaan
1
1) Mengambil
1 ekor belalang.
2) Memasukkan
belalang ke dalam tabung respirometer.
3) Membungkus
dengan kapas tipis 1 butir KOH Kristal, kemudian memasukkan/ meletakkan di
leher tabung respirometer.
4) Menutup
tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan pipa kaca
berskala, kemudian meletakkan pada sandarannya.
5) Mengolesi
vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk mencegah
kebocoran.
6) Menetesi
larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai ada yang masuk ke dalam
salurannya.
7) Mengamati
pergeseran larutan eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian
mencatat berapa jarak mulai dari skala 0.0 setiap 5 menit.
8) Melakukan
pengamatan sampai larutan eosin tiba pada skala 10 atau eosin tidak bergerak
lagi.
Percobaan 2
1) Membersihkan
respirometer simple yang telah digunakan
2) Dengan
tata urutan kerja yang sama pada percobaan I, melakukan percobaan II dengan
menggunakan hewan sejenis dengan ukuran berat tubuh yang berbeda.
Percobaan 3
1)
Memebersihkan respirometer sederhana
yang telah digunakan
2)
Dengan tata urutan kerja yang sama pada
percobaan II, lakukan percobaan 3 dengan menggunakan kecambah kacang hijau,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Kegiatan 1
: Belalang besar
dan belalang kecil
No
|
Menit ke-n
|
Jenis orgasme
|
Skala yang ditunjukkan Eosin
|
1
|
1
|
Besar
|
0,43
|
Kecil
|
0,27
|
||
2
|
2
|
Besar
|
0,8
|
Kecil
|
0,5
|
||
3
|
3
|
Besar
|
1,0
|
Kecil
|
0,64
|
||
4
|
4
|
Besar
|
-
|
Kecil
|
0,75
|
||
5
|
5
|
Besar
|
-
|
Kecil
|
0,8
|
Kegiatan
II : Kecoa
besar dengan kecoa
kecil
No
|
Menit ke-n
|
Jenis orgasme
|
Skala yang ditunjukkan Eosin
|
1
|
1
|
Besar
|
0,44
|
Kecil
|
0,35
|
||
2
|
2
|
Besar
|
0,71
|
Kecil
|
0,56
|
||
3
|
3
|
Besar
|
0,9
|
Kecil
|
0,8
|
||
4
|
4
|
Besar
|
-
|
Kecil
|
-
|
||
5
|
5
|
Besar
|
-
|
Kecil
|
-
|
Kegiatan
III : Kecoak besar
dengan belalang
besar
No
|
Menit ke-n
|
Jenis orgasme
|
Skala yang ditunjukkan Eosin
|
1
|
1
|
Kecoak Besar
|
0,44
|
Belalang besar
|
0,43
|
||
2
|
2
|
Kecoak Besar
|
0,71
|
Belalang besar
|
0,8
|
||
3
|
3
|
Kecoak Besar
|
0,9
|
Belalang besar
|
1,0
|
||
4
|
4
|
Kecoak
Besar
|
-
|
Belalang besar
|
-
|
||
5
|
5
|
Kecoak Besar
|
-
|
Belalang besar
|
-
|
Kegiatan IV : belalang
kecil dan kecambah
hijau
No
|
Menit ke-n
|
Jenis orgasme
|
Skala yang ditunjukkan Eosin
|
1
|
1
|
Belalang kecil
|
0,27
|
Kecambah hijau
|
0,09
|
||
2
|
2
|
Belalang
kecil
|
0,5
|
Kecambah hijau
|
0,25
|
||
3
|
3
|
Belalang
kecil
|
0,64
|
Kecambah hijau
|
0,37
|
||
4
|
4
|
Belalang
kecil
|
0,75
|
Kecambah hijau
|
0,48
|
||
5
|
5
|
Belalang
kecil
|
0,8
|
Kecambah hijau
|
0,57
|
B.
Analisis
Data
1.
Percobaan
I:
a.
Belalang
besar
a)
waktu :
1 menit
skala : 0,37 ml
skala
V1 = menit
0,43
V1
= 1
V1
= 0,0061667
ml/s
b).waktu :2 menit = 120 s
skala :
0,8 ml
skala
V2
= menit
0,8
V2 = 2
V2
= 6,66 ml/s
c). waktu : 1 menit = 180 s
skala : 1,0 ml
skala
V3
= detik
1,0
V3 = 180
V3
= 5,55 ml/s
d). waktu : 1 menit = 240 s
skala : 0 ml
skala
V4
= detik
0
V4 = 240
V4 =
0 ml/s
e).
waktu :
1 menit = 300 s
skala : 0 ml
skala
V5
= detik
0
V5
= 300
V5
= 0 ml/s
V1+V2+V3+V4+V5
V Average =
5
0,001+0,0015833+0,0016667+0,001625+0,003125
V
Average = 5
= 0.0018 ml/s
Small
grasshopper
V1+V2+V3+V4+V5
V Average =
5
0,003+0,0035+0,0032778+0,003125+0,0031
V
Average = 5
= 0.00320056 ml/s
a.
Time : 1 minute = 60 s
Scale :
0,37 ml
Scale
V1
= Second
0,37
V1
= 60
V1 = 0,0061667 ml/s
Average
Value
Large
cockroach
V1+V2+V3+V4+V5
V Average =
5
0,0061667+0,00525+0,0046667+0,00375+0,0033333
V
Average = 5
= 0.02050006 ml/s
Small
cockroach
V1+V2+V3+V4+V5
V Average =
5
0,0016667+0,0024167+0,0021667+0,002+0,0018667
V
Average = 5
= 0.00202336 ml/s
Belalang
besar
Mung
bean sprouts
V1+V2+V3+V4+V5
V Average =
5
0,0035+0,0033333+0,0028889+0,0026667+0,0024667
V
Average = 5
= 0.00297112 ml/s
C. Grafik
Analisis Data
1. Belalang besar dan Belalang
kecil
2. Kecoa besar dan Kecoa kecil
3. Kecoak besar dan Belalang besar
4. Belalang kecil dan Kecambah
hijau
D.
Pembahasan
Pada praktikum
respirasi ini digunakan beberapa alat dan bahan yang masing-masing mempunyai
fungsi yang berbeda. Adapun fungsi alat dan bahan praktikum respirasi ini
adalah:
1.
1 set respirometer :
untuk mengetahui proses respirasi.
2.
Spoit :
untuk memasukkan larutan eosin ke dalam pipa kaca berskala.
3.
Stopwatch/jam tangan :
untuk mengetahui lamanya respirasi.
4.
Kapas : untuk membungkus KOH Kristal.
5.
Vaselin :
untuk mencegah kebocoran pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya.
6.
KOH Kristal : untuk
mengikat CO2.
7.
Larutan eosin : sebagai
penunjuk skala pada pipa kaca berskala.
8.
Belalang dan kecoak : sebagai objek pengamatan.
Dalam
praktikum ini, KOH Kristal harus dibungkus dengan kapas karena apabila KOH
Kristal bersentuhan dengan kecoak atau belalang secara langsung, maka kecoak
atau belalang tersebut akan merasa gatal sehingga respirasi kedua makhluk
tersebut menjadi tidak normal yang akan merubah hasil praktikum.
Respirasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1.
Berat tubuh
2.
Aktivitas
3.
Jenis organisme
4.
Usia
5.
Suhu
6.
Jenis kelamin
Dalam praktikum
ini, faktor yang mempengaruhi respirasi yang dibuktikan adalah pengaruh
aktivitas dan usia organisme. Karena dalam praktikum ini, digunakan 3 jenis
organisme yang berbeda yaitu kecambah kacang hijau, kecoak dan belalang.
Pada organisme I, dengan
menggunakan belalang kecil dan besar. Pada belalang besar, larutan eosin hingga menit ketiga bergerak
lambat mencapai skala 1,0. Sedangkan menit keempat dan kelima sudah kurang dara
skala1 . Sedangkan pada belalang kecil, larutan eosin hingga menit kelima
bergerak cepat mencapai skala 0,8. Perbedaan ini dipengaruhi oleh factor usia,
yakni semakin tua atau semakin lama umur belalang maka semakin lambat pula
proses respirasinya, sebaliknya semakin muda umur belalang maka semakin cepat
pula proses respirasinya karena belalang masih berada pada tahap pertumbuhan.
Pada organisme II, dengan
menggunakan kecoa kecil dan besar. Pada kecoa besar, larutan eosin hingga menit
ketiga bergerak cepat mencapai skala 0,9. Menit keempat dan kelima kurang dari
skla 1. Sedangkan pada kecoa kecil, larutan eosin hingga menit ketiga bergerak lambat mencapai skala 0,8. Menit
keempat dan kelima kurang dari 1. Perbedaan ini dipengaruhi oleh aktivitas yang telah
dilakukan oleh organisme sebelum dimulainya praktikum.
Pada organisme III, dengan
menggunakan kecoa besar dan belalang
besar. Pada kecoa besar, larutan eosin hingga menit ketiga bergerak
cepat mencapai skala 0,9. Menit keempat dan kelima kurang dari skla 1. Sedangkan
pada belalang besar, , larutan eosin
hingga menit ketiga bergerak lambat mencapai skala 1,0. Sedangkan menit keempat
dan kelima sudah kurang dara skala1. Perbedaan ini dipengaruhi oleh aktivitas yang telah
dilakukan oleh organisme sebelum dimulainya praktikum.
Pada organisme IV, kita mengamati proses
respirasi pada kecambah kacang hijau. Alasan mengapa bahan yang digunakan adalah kecambah
kacang hijau, karena tumbuhan ini
merupakan suatu organisme yang walaupun ia masih belum berkembang dengan
sempurna tetapi sudah bisa melakukan pernapasan, hal ini terbukti dari hasil
percobaan yang telah diamati dimana kecambah kacang hijau sebagai bahan
percobaan mampu melakukan respirasi.
Menit pertama hingga menit kelima skala bergerak hingga 0,57. Adapun jumlah
kecambah yang digunakan adalah 1. Jika dibandingkan dengan kedua organisme
diatas, kecepatan respirasi kecambah kacang hijau sangatlah rendah ini
disebabkan karena kecambah kacang hijau yang digunakan sangatlah sedikit. Pada
umumnya kecepatan respirasi kecambah kacang hijau tinggi karena kecambah dalam proses respirasi
bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan dalam metabolisme dan proses
pertumbuhan serta perkembangan untuk menjadi sebuah tenaman dewasa, sehingga
dibutuhkan banyak oksigen agar tanaman bisa tumbuh dewasa. Sedangkan pada
belalang kecil, larutan eosin hingga
menit kelima bergerak cepat mencapai skala 0,8. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa semakin muda umur belalang maka semakin cepat pula
proses respirasinya karena belalang masih berada pada tahap pertumbuhan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
adalah:
1. Aktifitas, jenis organisme dan usia
mempengaruhi respirasi suatu makhluk hidup.
2. Kecepatan
respirasi kecoa besar (0.30 s/menit) lebih tinggi daripada kecepatan respirasi kecoa kecil (0.26 s/menit).
Kecepatan respirasi belalang kecil (0.16 s/menit) lecih tinggi dari pada
kecepatan respirasi belalang besar (0.33 s/menit). Kecepatan respirasi kecambah
kacang hijau(0,11 ) lebih rendah
dari pada kecepatan respirasi kecoa dan belalang
B.
Saran
1.
Untuk praktikan : sebaiknya lebih
teliti dalam melakukan praktikum
karena
sedikit kesalahan dalam praktikum ini akan mengakibatkan
hasil yang tidak maksimal sehingga data
yang diperoleh kurang akurat.
2.
Untuk asisten : khusus untuk
praktikum ini saya tidak mempunyai saran
untuk asisten sebab dia telah membimbing praktikannya dengan baik.
3.
Untuk laboratorium : sebaiknya kipas angin dalam laboratorium
diperbaiki agar
praktikan tidak kepanasan ketika melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Respirasi Pada Tumbuhan. Dari http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/respirasi-pada-tumbuhan/.
Diakses pada 16 Desember 2012
di Makassar.
Hamka, L. 2012. Buku panduan dasar biologi. Makassar:
Matematika dan ilmu pengetahuan:Fakultas,
Universitas negara Makassar.
Kastawi, Yusuf, dkk. 2003. Avertebrata Zoologi. Malang:
Matematika dan ilmu pengetahuan:Fakultas,
Universitas negara kotapraja Malang.
Lakitan, Benyamin. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Nasir, Mochamad, dkk. 1994. Umum Penuntun Praktikum Biologi.
Yogyakarta:
Bertempat
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Pertanyaan
dan jawaban
1.
Apa fungsi dari KOH yang dibungkus dengan kapas?
Jawab:
Untuk mengikat CO2 dari hasil respirasi organisme di dalam
respirometer agar organisme yang ada dalam respirometer tidak mati atau lemas
karena menghirup gas CO2 yang bersifat racun.
2.
Mengapa eosin mengalami pergeseran ke
arah tabung respirometer (ke arah
dalam)?
Jawab: Eosin
mengalami pergeseran ke arah dalam respirometer karena organisme dalam
respirometer melakukan respirasi (pernapasan), yang menyebabkan udara dalam
respirometer digunakan oleh organisme sehingga udara dari luar menekan ke dalam
tabung respirometer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar